ANALISIS BETA TERHADAP RETURN SAHAM


ANALISIS BETA TERHADAP RETURN SAHAM
Tjia Hwa Ming
121010033

ABSTRACT
This study is performed to examine the effect of Beta toward stock return. The capability of beta to predict the stock return has been evidenced by some former research. The result is Beta can be used to predict the stock return for the short period. The correlation between Beta and stock return is positive in when the condition of the market is bullish. In the bearish market, Beta and stock return have negative correlation. The correlation of Beta and daily stock return is not same. In Monday, Wednesday, Thursday, dan Friday Beta and stock return have positive correlation. In Tuesday Beta and stock return have negative correlation.
Keywords: Beta, Stock Return

LATAR BELAKANG MASALAH
Keputusan berinvestasi adalah keputusan bijak yang dapat dilakukan apabila terdapat kelebihan pendapatan atas konsumsi yang dilakukan di masa sekarang. Dengan melakukan investasi di masa sekarang, investor mengharapkan pengembalian di masa depan. Namun, perlu disadari bahwa dalam setiap investasi tidak hanya return yang terkandung di dalamnya, namun juga risiko. Pertimbangan atas return dan risiko inilah yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh investor. Terdapat dua macam risiko, yaitu risiko tidak sistematis yang dapat didiversifikasikan melalui pembentukan portofolio dan risiko sistematis yang tidak dapat didiversifikasikan. Apabila risiko tidak sistematis telah terdiversifikasikan dengan baik, maka risiko yang tersisa hanyalah risiko sistematis atau risiko pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi dapat dihitung menggunakan Beta.

LANDASAN TEORI
Investasi
Tandelilin (2010) menyatakan bahwa investasi adalah komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen untuk
mengorbankan konsumsi saat ini dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa depan. Penanaman sejumlah dana untuk investasi dapat dilakukan pada aset real seperti: tanah, emas, dan rumah, atau pada aset finansial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya (Tandelilin, 2010). Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat risiko, serta hubungan antara return dan risiko.
Return
Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return terbagi menjadi dua, yaitu return ekspektasian dan return realisasian. Perbedaan utama return ekspektasian dan return realisasian adalah return ekspektasian belum terjadi, sedangkan return realisasian telah terjadi. Return ekspektasian adalah return yang diharapkan oleh investor untuk diperoleh di masa mendatang. Return realisasian merupakan return yang telah terjadi dan dihitung menggunakan data historis. Return realisasian ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasian dan risiko di masa datang. Return realisasian (Ri,t) diperoleh dari harga sekuritas i pada perioda t (Pi,t) dikurangi harga sekuritas i pada t-1 (Pi,t-1) , dibagi harga sekuritas i pada t-1 (Pi,t-1) atau dengan menggunakan rumus berikut (Utomo, 2007).
Ri,t = –
Risiko
Tandelilin (2010) menyatakan bahwa risiko merupakan kemungkinan return realisasian yang berbeda dengan return ekspektasian. Semakin besar perbedaan return realisasian dengan return ekspektasian, berarti semakin besar pula risiko investasi tersebut. Risiko terbagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis dikenal pula sebagai risiko pasar yaitu fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematis bersifat tidak dapat didiversifikasikan dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti resesi ekonomi, kerusuhan, dan perubahan politik. Risiko tidak sistematis dikenal pula sebagai risiko spesifik yaitu risiko yang berkaitan dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Berbeda dengan risiko sistematis yang tidak dapat didiversifikasikan, risiko tidak sistematis dapat didiversifikasikan dengan membentuk suatu portofolio. Jogiyanto
(2010) menyatakan bahwa semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke dalam portofolio, semakin kecil risiko portofolio. Secara matematis, hal ini dapat dibuktikan dengan metoda mean-variance Markowitz.
Tandelilin (2010) menyatakan bahwa return dan risiko berhubungan searah, artinya semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return ekspektasian atas aset tersebut. Model matematis yang menggambarkan hubungan risiko (risiko sistematis dan risiko tidak sistematis) dengan return (return realisasian dan return ekspektasian) pada investasi sekuritas i adalah sebagai berikut (Hariyanto dan Sudomo, 1998).
Returni = E(Ri) + Um + ϵi
Model tersebut menggambarkan bahwa pengembalian yang diperoleh investor atas sekuritas I (Returni) merupakan hasil penjumlahan antara return ekspektasian (E(Ri)) dengan risiko sistematis (Um) dan risiko tidak sistematis (ϵi).
Beta
Apabila risiko tidak sistematis telah terdiversifikasikan dengan baik, maka risiko yang tersisa hanyalah risiko sistematis atau risiko pasar. Volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar disebut Beta. Beta sekuritas i mengukur volatilitas return sekuritas i dengan return pasar. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing sekuritas. Beta dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Kemampuan Beta historis untuk menyediakan informasi tentang beta masa depan telah dibuktikan oleh Elton dan Gruber pada tahun 1994 berdasarkan bukti-bukti empiris yang ada. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba perusahaan dan laba indeks pasar), atau data fundamental (variabel-variabel fundamental) (Jogiyanto, 2010).
Jogiyanto (2010) menyatakan bahwa beta pasar dapat diestimasi dengan mengumpulkan return historis sekuritas dan return historis pasar selama perioda tertentu, misalnya 60 bulan untuk return bulanan atau 200 hari untuk return harian. Dengan mengasumsikan hubungan return sekuritas dengan return pasar adalah linier, maka beta dapat diestimasi menggunakan teknik regresi. Teknik regresi dilakukan dengan menggunakan return sekuritas sebagai variabel
dependen dan return pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dengan model CAPM tampak dalam persamaan berikut.
Ri = αi + βi.Rm + ei
Koefisien return pasar (Rm) disebut Beta pasar sekuritas i (βi). Variabel acak ei dalam persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa persamaan linier yag dibentuk mengandung kesalahan. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series ini diasumsikan akan menghasilkan Beta yang stabil dari waktu ke waktu. Karena sifat Beta yang stabil, maka semakin lama perioda estimasi yang digunakan, diharapkan Beta yang dihasilkan semakin baik karena mampu menghasilkan kesalahan pengukuran yang semaakin kecil. Namun, anggapan beta konstan dalam perioda estimasi yang terlalu lama kurang tepat karena beta brubah dari waktu ke waktu.
Beta yang dihitung dengan menggunakan data akuntansi seperti laba akuntansi disebut Beta akuntansi. Sama seperti Beta pasar, Beta akuntansi dapat dihitung dengan teknik regresi. Persamaan regresi untuk mengestimasi Beta akuntansi adalah sebagai berikut.
ΔEi,t = gi + hiΔEMt + wi,t
Koefisien perubahan indeks laba pasar untuk perioda t (ΔEMt) disebut Beta akuntansi sekuritas i (hi). Mirip seperti persamaan regresi untuk Beta pasar, persamaan beta akuntansi juga mengandung kesalaha residual (wi,t).
Perhitungan Beta yang dilakukan dengan beberapa variabel fundamental disebut Beta fundamental. Beaver, Kettler, dan Scholes menyatakan bahwa terdapat 7 macam variabel yang merupakan variabel fundamental yang dianggap berhubungan dengan risiko yaitu: Dividend Payout, Asset Growth, Leverage, Liquidity, Asset Size, Earnings Variability, dan Accounting Beta (Beta Akuntansi). Beta fundamental (ĥi) dapat diprediksi dengan rumus sebagai berikut.
ĥi = ȃ0 + ȃ1DIVi + ȃ2GROWTHi + ȃ3LEVi + ȃ4LIKUIi + ȃ5SIZEi + ȃ6EVARi + ȃ7BETAi
Jumlah dari variabel yang diteliti untuk membentuk Beta fundamental bervariasi. Apabila Beaver, Kettler, dan Scholes menggunakan ketujuh variabel yang telah disebutkan sebelumnya, Thompson menggunakan 43 variabel pada tahun 1978, sedangkan Rosenberg dan Marathe menggunakan 101 varibel pada tahun 1975.
Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematik suatu sekuritas sama atau portofolio sama dengan risiko pasar. Kenaikkan 1% return pasar akan mengakibatkan return sekuritas atau portofolio juga naik sebesar 1%. Penurunan 1% return pasar akan mengakibatkan return sekuritas atau portofolio juga turun sebesar 1%. Beta bernilai x% artinya apabila return pasar meningkat atau menurun x%, return sekuritas atau portofolio juga akan menurun sebesar x%.

STUDI KASUS
Telah terdapat beberapa penelitian yang membahas pengaruh Beta pasar terhadap Return saham. Utomo (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Beta dan Varian Return Saham terhadap Return Saham” menyatakan bahwa secara parsial, Beta dan Varians Return saham berpengaruh positif signifikan terhadap Return saham. Secara simultan, Beta dan Varians Return saham berpengaruh signifikan terhadap Return saham. Hasil ini menunjukkan bahwa Beta saham dan Varians Return saham dapat digunakan oleh investor untuk memrediksi return saham perusahaan. Utomo melakukan penelitian ini dengan menggunakan populasi perusahaan yang tercatat dalam indeks LQ 45 selama perioda penelitian Januari 2005 hingga Desember 2005.
Sugiarto (2011) meneliti pengaruh Beta, Size Perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book Value Ratio (PBV) terhadap Return saham. Hasil penelitian yang didapatkan adalah Beta, Size Perusahaan, dan PBV berpengaruh positif terhadap Return saham. Size perusahaan dan PBV berpengaruh signifikan terhadap Return saham sedangkan, pengaruh positif Beta tidaklah signifikan terhadap Return saham. DER berpengaruh negatif signifikan terhadap Return saham. Sugiarto melakukan penelitian ini pada perusahaan yang terdaftar dalam papan utama dan papan pengembangan. Sugiarto juga mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER, dan PBV terhadap Return saham perusahaan yang ada di papan utama dengan perusahaan yag ada di papan pengembangan. Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER, dan PBV lebih besar disbanding perusahaan yang ada di papanpengembang. Perbedaan ini disebabkan oleh nilai Aset Berwujud Bersih (NTA) minimal dan tahun beroperasinya perusahaan. Pada indeks papan utama, NTA minimal adalah Rp100Milyar dan
minimal telah beroperasi selama 3 tahun. Sedangkan dalam papan pengembang, NTA minimal adala Rp5Milyar dan minimal telah beroperasi selama 1 tahun.
Rahina (2003) meneliti pengaruh ukuran (size) perusahaan, dan Beta terhadap Return saham LQ 45 pada kondisi pasar bullish dan bearish di BEJ perioda 1997-1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, baik pada kondisi pasar bullish maupun bearish, Size dan Beta berpengaruh sgnifikan terhadap Return saham. Hal ini berarti Size dan Beta dapat digunakan untuk memrediksi return saham. Dalam kondisi pasar bullish, Size perusahaan berpengaruh negatif signifikan sedangkan Beta berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Pengaruh size perusahaan dan Beta terhadap return saham pada kondisi pasar bearish adalah signifikan, namun berkebalikan dengan kondisi pasar bullish, pada kondisi pasar bearish, size perusahaan berpengaruh positif, sedangkan beta berpengaruh negatif. Maka dapat disimpulkan bahwa investasi pada suatu saham dengan Beta yang semakin besar pada kondisi pasar bullish, maka return saham yang didapatkan juga akan semakin besar. Namun apabila investasi dilakukan pada kondisi pasar bearish, saham dengan beta yang semakin besar akan memberikan return yang semakin kecil. Pada kondisi pasar bullish, saham dengan kapitalisasi saham yang semakin kecil akan memberikan return yang semakin besar. Sebaliknya, saham dengan kapitalisasi saham yang semakin kecil akan memberikan return yang semakin kecil pada kondisi pasar bearish.
Prabawani (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Beta Saham Harian terhadap Return Saham Harian pada Pasar Modal yang Sedang Berkembang” menyatakan bahwa terdapat pengaruh beta yang positif signifikan terhadap Return saham pada hari senin, rabu, kamis, dan jum’at. Pada hari selasa, Beta berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham. Pengaruh negatif Beta terhadap return saham diperkirakan disebabkan oleh adanya outliers dan faktor psikologis investor yang selalu ingin memperoleh return semaksimal mungkin. Selain itu, hasil penelitian telah berhasil membuktikan bahwa pengaruh beta saham terhadap return saham berbeda antar hari perdagangan. Prabawani melakukan penelitian tersebut dengan menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 pada perioda Januari 2000-Desember 2002.
Sumekar (2003) meneliti pengaruh Size, Beta, dan PBV terhadap Return saham. Penelitian dilakukan pada saham-saham yang terdaftar dalam indeks LQ45 selama perioda 1999-2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, Size, Beta, dan PBV berpengaruh signifikan terhadap Return saham. Variabel Beta mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap Return saham. Secara parsial, Beta dan PBV berpengaruh positif signifikan terhadap Return saham yang artinya semakin tinggi Beta dan PBV, return saham yang dihasilkan semakin besar. Size berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham yang artinya, semakin besar size perusahaan, return yang dihasilkan semakin kecil.
Yuningsih dan Yudaruddin (2007) meneliti pengaruh model 3 faktor (Beta, SMB (size), dan HML (book to market ratio)) terhadap return saham. Yodaruddin melakukan penelitian pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2002 hingga 2006. Secara simultan, Beta, SMB, dan HML berpengaruh signifikan terhadap Return saham. Artinya; Beta, SMB, dan HML dapat digunakan untuk memrediksi return saham. Beta dan HML berpengaruh positif signifikan terhadap return saham yang artinya, semakin besar Beta dan HML saham, semakin besar pula return yang dihasilkan. SMB berpengaruh positif signifikan terhadap return saham yang artinya semaki besar SMB, return yang dihasilkan semakin kecil.

ANALISIS KASUS
Return suatu saham dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah Beta. Penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa Beta berpengaruh signifikan positif terhadap return saham. Artinya, Beta dapat digunakan untuk memrediksi return saham. Semakin besar Beta, return saham juga semakin besar. Namun, ada penelitian yang menyebutkan bahwa Beta berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Hal ini dibuktikan melalui penelitian Rahina. Rahina (2003) menyatakan bahwa dalam kondisi pasar bearish, Beta mempengaruhi return saham secara negatif signifikan. Artinya, semakin besar Beta, return yang dihasilkan semakin kecil. Pada kondisi pasar bullish, Beta berpengaruh positif signifikan terhadap Return saham, artinya semakin besar Beta, semakin besar pula return saham yang dihasilkan.
Hubungan Beta dengan return saham dapat dijelaskan dengan persamaan regresi dengan model CAPM.
Ri = αi + βi.Rm + ei
Dalam kondisi pasar bearish, Return pasar (Rm) cenderung negatif. Akibatnya, beta yang semakin besar akan mengakibatkan Return saham (Ri) yang semakin besar. Dalam kondisi pasar bearish Return pasar yang dihasilkan cenderung positif. Akibatnya, Return saham yang dihasilkan akan semakin besar apabila beta pasar saham semakin besar. Penelitian Rahina memberikan saran bagi investor agar mempertimbangkan Beta saham dan kondisi pasar. Pada kondisi pasar bearish, investasi pada saham dengan nilai Beta yang semakin rendah lebih disarankan. Sebaliknya, pada kondisi pasar bullish, sebaiknya investor lebih memilih untuk berinvestasi pada saham dengan Beta yang tinggi karena return yang dihasilkan lebih besar.
Penelitian Prabawani menjelaskan pengaruh Beta terhadap return saham harian. Berdasarkan hasil penelitian Prabawani, Beta saham berpengaruh positif signifikan terhadap Return saham pada hari senin, rabu, kamis, dan jum’at. Pada return saham hari selasa, Beta berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham. Apabila dikaitkan dengan penelitian Rahina pada tahun 2003, ada kemungkinan bahwa secara umum, kondisi pasar di hari selasa adalah bearish sehingga Beta memiliki korelasi yang negatif dengan return saham.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa beta dapat digunakan untuk memrediksi return saham. Penelitian-penelitian terdahulu yang menganalisis kemampuan beta saham untuk memrediksi return saham dengan perioda penelitian satu hingga empat tahun. Melalui perioda penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa beta dapat digunakan untuk memrediksi return saham dalam jangka pendek.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu tersebut, dapat disimpulkan bahwa Beta dapat digunakan untuk memrediksi return saham jangka pendek. Beta juga dapat menjadi panduan investor dalam berinvestasi. Pada kondisi pasar bearish, sebaiknya investor lebih memilih untuk berinvestasi pada saham atau
sekuritas dengan Beta yang relatif kecil. Namun pada kondisi pasar bullish, sebaiknya investor lebih memilih untuk berinvestasi pada saham dengan Beta yang relatif besar.

DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto, F., dan Sudomo, S. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. PT. Bursa Efek Jakarta.
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Prabawani, B. 2003. Pengaruh Beta Saham Harian terhadap Return Saham Harian pada Pasar Modal yang Sedang Berkembang. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahina, D. N. 2003. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Beta terhadap Return Saham LQ45 pada Pasar Bullish dan Bearish di BEJ perioda 1997-1999. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sugiarto, A. 2011. Analisa Pengaruh Beta, Size Perusahaan, DER, dan PBV Ratio terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi 3:8-14.
Sumekar, K. 2003. Analisis Pengaruh Size, Beta, dan Price to Book Value terhadap Return Saham. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Utomo, W. 2007. Analisis Pengaruh Beta dan Varian Return terhadap Return Saham. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Yuningsih, I. dan Yudaruddin, R. 2007. Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap Return Saham. Jurnal Akuntabilitas 7:79-84.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Sistem Informasi Akuntansi Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template and web hosting